TUGAS MANDIRI
“SEJARAH LOGIKA ABAD PERTENGAHAN”
Makalah
Ini Disusun Guna
Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata
Kuliah MANTIQ Semester Genap
Dosen Pengampu:
Imam Mustofa, SHI., MSI

Disusun Oleh : Wasito Adi
Jurusan syariah : Hukum Ekonomi Syariah (HESy “A”)
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri
(STAIN)
Jurai Siwo Metro
2012/2013
Sejarah logika abad
pertengahan.
Logika adalah ilmu yang
mempersoalkan proses pemikiran tidak sebagai mana adanya tetapi bagaimmana
seharusnya berfikir yang baik, logika mempersoalkan proses berfikir dalam
kaitannya dengan benar atau tidak benar, sesuai dengan kenyataan atau tidak
sessuai dengan kenyataan. Karena itu logika dapat diartikan ilmu yang
memberikan aturan-aturan dan prinsip-prinsip yang harus diikuti supaya dapat
berfikir benar (valid).[1]
Dalam kehidupan sehari-hari
sering kali orang mengambil kesimpulan yang salah, tidak logis. Ini disebabkan
orang berfikir tidak lurus tidak mengindahkan aturan-aturan berfikir, misal
terhadap seseorang yang berpakaian, berbicara dan bertingkah laku yang
sederhana, orang yang berkata Akh.
“yaitu
orang kampung” kesimpulan ini tidak benar karena tidak sesuai dengan kenyataan.
Ia dalam keadaan begitu sama sekali bukan berarti orang kampung. Kenyataan
tidak semua orang kampung demikian keadaannya dan sebagian orang.[2]
Menurut Filosof islam sejarah logika pada abad pertengahan
dijelaskan oleh beberapap filosof islam diantaranya.
A.
PLOTINUS (204-270)
Plotinus dilahirkan pada tahun
204 di Mesir, mungkin di daerah Lycopolis. Pada tahun 232 ia pergi Alexandria
untuk belajar filsafat, pada seorang
guru bernama Animonius Saccas, selama 11 tahun. Pada tahun 243 ia mengikuti
Raja Gordianus III berperang melawan Persia; ia ingin menggunakan kesempatan
itu untuk mempelajarinya, Raja Gordianus terbunuh pada tahun 244. Plotinus
dengan susah payah dapat melarikan diri ke Antakya (Antioch)
Thales (624-546) digelari sebagai
filosof pertama barangkali karena ia mengajukan pertanyaan yang sangat
mendasar: Apa bahan alam semesta ini? Thales menjawab, Air. Jawaban yang tidak
memuaskan. Pertanyaan lebih berbobot daripada jaawabannya. Plotinuslah, jadi
kira-kira 800 tahun kemudian, orang yang mula-mula menyusun jawaban yang
lumayan terhadap pertanyaan itu. Itulah teori emanasi dan konsep inilah
yang terutama yang menyebabkan Plotinus
cukup penting. Teori penciptaanya yang
berupa emanasi berpengaruh juga pada filsafat islam.
Akan tetapi, pemikiran Plotinus
bukan hanya tentang rahasia penciptaa; ia juga mengemukakan pemikiran tentang
etika, yang kelihatannya masih relevan dipertimbangkan pada zaman sekarang.
Secara umum ajaran Plotinus
disebut Plotinisme atau neo Platonisme. Jadi, ajaran Plotinus itu tentulah
berkaitan erat dengan ajaran Plato. Plotinisme adalah suatu sistem yang
teosentris, jadi dalam hal ini sama dengan Augutinus.
Permulaan abad pertengahan
barangkali dapat dimulai sejak plotinus. Pada plotinus (lahir 204 M), pengaruh
agama kristen kelihatannya sudah besar; filsafatnya
bersifat spiritual.
Secara ringkas Plotinus adalah
filosof yang mengajukan teori penciptaan alam semesta. ia mengajukan teori
emanasi yang terkenal itu. Teori ini merupakan jawaban terhadap thales
kira-kira delapan abad sebelumnya: apa bahan alam semesta ini. Plotinus
menjawab: bahannya Tuhan. Filsafar Plotinus kebanyakan bernapas mistik, bahkan
tujuan filsafat menurut pendapatnya mencapai pemahaman mistik. [3]
·
Metafisika Platinus.
Dalam berbagai hal
Plotinus memang bersandar pada doktrin-doktrin Plato. Sama dengan Plato, ia
menganut realitas idea. Pada Plato idea itu umum; artinya setiap jenis objek
hanya ada satu ideanya. Untuk kucing mislanya hanya ada idea tentang kucing.
Pada Plotinus idea itu partikular, sama dengan dunia yang partikular. Perbdaan
mereka yang pokok adalah pada titik tekan ajaran mereka masing-masing. Plotinus
kurang memperhatikan masalah-masalah sosial sseperti pada Plato. Platinus tidak
mempercayai bahwa kamnusiaan dapat dibangun melalui filsafat, makanya Plotinus
tidak mencoba mengaplikasikan metafisikanya kedalam politik. Mengenai
matematika Plotinus tidak sehebaat Plato, tetapi pendapatnya ini tidak tegas
karena ia juga mengatakan bahwa materi itu jahat dan sumber kejahatan.
Sistem metafisika
Plotinus ditandai oleh konsep transendens.menurut
pendapatnya, di dalam pikiran terdapat tiga realitas: The One, The Mind, dan The soul.
The
one (Yang Esa) adalah tuhan dalam pandangan Philo
(Avey; 49), yaitu suatu realitas yang tidak mungkin dapat dipahami melalui
metode sains dan logika. Ia berada di luar eksistensi, di luar segala nilai.
Yang Esa itu adalah puncak semua yang ada; ia itu cahaya di atas cahaya. Ia
adalah pencipta semua yang ada. Mereka yang merasa memiliki pengetahuan
keilahian juga tidak akan dapat merumuskan apa ia itu sebenarnya (lihat Mayer:
323)
The
Mind
(Nouns/akal) adalah gambaran tentang
Yang Esa dan di dalamnya mengandung idea-idea Plato. Idea-idea itu merupakan
bentuk asli objek-objek. Kandungan Nuos adalah
benar-benar kesatuan. Untuk menghayati kita mesti melalui permenungan.
The
Soul (psykhe/jiwa) adalah realitas ketiga dalam
filsafat Plotinus. Soul itu mengandung satu jiwa dunia dan banyak
sunia kecil. Jiwa dunia dapat dilihat dalam dua aspek, ia adalah aspek energi di belakang dunia, dan pada waktu
yan sama ia adalah bentuk-bentuk alam
semesta.[4]
B. AUGUSTINUS
Augustinus
lahir di Tagasta, Numidia (sekarang Algeria), pada 13 November 34. Ayahnya,
Patricius, adalah seorang pejabat pada keekaisaran Romawi, yang tetap kafir
sampai kematiannya ada tahun 370.
Augustinus di anggap telah meletakan
dasar-dasar pemikiran abad pertengahan, mengadaptasikan platonisme ke dalam
idea-idea kristen, memberikan formulasi sistematis tentang filsafat kristen,
suatu filsafa yang dominan pada Katholik dan Protestan. (Mayer, 1 950:366)
Stuart Hampshire dalam, Tha Age Of Reason, menyatakan bahwa
filsafat adalah suatu kegiatan pikir manusia yang bersinambungan. Pikiran
seorang tokoh pada masa tertentu baru jelas dipahami setelah melihat hubungan
dengan pemikiran-pemikiran sebelumnya. (Hampshire, 1956:11) mungkin saja
pemikiranitu merupakan latar belakang pemikiran Augustinus
·
Teori Augustinus tentang Jiwa
Augusstinus
menentang ajarang yang mengatakan bahwa jiwa itu material. Menurut pendapatnya
jiwa atau roh itu imaterial. Augustinus membuktikan imaterialnya jiwa dengan
mengatakan bahwa jiwa itu di dalam badan ada di mana-mana dlam badan pada waktu
yang sama. Bila jiwa itu material, ia akan terikat pada tempat tertentu dalam
badan. Hanya dengan mengatakan bahwa jiwa itu imaterial kita dapat menjelaskan
kegiatan de dalam badan (Mayer:359)
Menurut
Augustinus, jiwa tidak mempunyai bagian karena imaterial. Akan tetapi, jiwa
mempunyai tiga kegiatan pokok: pertama mengingat, kedua mengerti, dan ketiga
mau. Oleh karena itu, jiwa memiliki atau menggambarkan ketritunggalan alam (the cosmic trinity).
Augustinus
tidak menerima pandangan yang mengatakan ada dunia jiwa atau dunia roh. Ini
adalah pandangan neo-Platonisme. Menurut Augustinus, yang ada ialah jiwa yang
tunggal dan individual. Jiwa tidak ada bila tidak ada badan. Tidak ada jiwa
unum karena jiwa itu individual, ada pada individu-individu. Akan tetapi, ia
juga mengatakan bahwa jika tidak bergantung pada badan.
C.
Boethius
Boethius adalah filosof yang
hampir semasa dengan Augustinus dan memiliki gaya yang hampir serupa. Ia
menyatakan pendapatnya sama dengan stoa bahwa kejahatan bukan realitas. Tuhan
mengatur dengan menggunakan kekuasaan dan takdir. Kekuasaan dibedakan dari
takdir; kekuasaan merupakan pikiran tertinggi yang mengawasi semua yang
bersangkutan dengan dunia abadi, sementara takdir menyusun metode sesui dengan
rencana tuhan yang dinyatakan dalam ruang dan waktu. Tak ada satupun yang dapat
bertumbuh dan berkembang diluar pengawasan kekuasaan tuhan.; takdir tunduk
kepadanya. Kekuasaan Tuhan mengetahui apa-apa yang akan terjadi, takdir
merupakan pelaksanaanny. Tuhan dengan Kekuasaan-Nya laksan seorang ahli
penyakit,mengetahui sebab-sebab penyakit, dan ia tahu cara menembuhkannya.
Di dalam consolation itu ia menyimpulkan bahwa kebebasan yang sebenarnya
ialah hidup dibawah bimbingan Tuhan. Mematuhi ajaran Tuhan bukan berarti
terikat, judtru itulah kebebasan yang sebenarnya. Menurut Boethius, Tuhan masa
lalu, sekarang, dan akan datang adalah satu. Tuhan tidak mengenal perpindahan
atau perjalanan waktu (bahan diambil dari Mayer:367-370).[5]
D. ANSELMUS
(1033-1109)
Menurut filsafat Anselmus
kelihatan iman merupakan tema sentral pemikirannya. Iman kepada Kristus adalah
yang paling sebelum yang lain. Dari sini dapatlah kita memahami pernyataannya, credo ut intelligam yang terkenal
itu.arti ungkapan itu ialah percaya agar
mengerti (believe in order to understand); secara sederhana: percayalah lebih dulu supaya mengerti. Ia
mengatakan bahwa wahyu harus diterima lebih dahulu sebelum kita milai berfikir.
·
Teori pengetahuan Anselmus
Teori ini
menyatakan bahwa pengetahuan dimulai dari penginderaan, lalu terbentuklah
pengetahuan akliah, terakhir adalah menangkap kebesaran Tuhan melalui halur
mistik kebaikan tertinggi bagi manusia adalah perenungan tentang kebesaran
Tuhan. selanjutnya kita selalu dalam kurungan selama kita masih dibimbing oleh
nafsu duniawi dan selama kita masih terikat pada keingina-keinginanjasmani.
E.
THOMAS AQUINAS (1225-1274)
Hanya ada dua kekuatan yang
menggerakan gemuruhnya dunia: agama dan filsafat. Aquinas membicarakan
kedua-duanya. Hakikat masing-masing, serta hubungan kedua-duanya. Keterkaitan
pemikiran dengan Augustinus yang hidup hampir seribu tahun sebelumnya cukup
jelas: Augustinus juga membicarakan agama dan filsafat, hakikat serta hubungan
kedua-duannya.
·
Pemikiran Aquinas dalam teologi
Menurut Aquinas, eksistensi Tuhan
dapat diketahui dengan akal. Untuk membuktikan pendapatnya ini ia mengajukan
lima dalil (argumen) seperti berikut:
Argumen
pertama diangkat dari sifat alam yang
selalu bergerak. Di dalam alam ini segala sesuatu bergerak. Dari sini
dibuktikan Tuhan ada. Berman dan Gould (1973:639) menamakan argumen ini argumen
gerak. Jelas sekali bahwa alam ini bergerak. Setiap yang bergerak pasti
digerakkan. Oleh yang lain sebab tidak mungkin suatu perubahan dari
potensialitas bergerak ke aktualitas bergerak tanpa ada penyebabnya, dan
penyebab itu tidak mungkin ada pada dirinya sendiri. Dengan kata lain, tidak
mungkin sesuatu bergerak sendiri.
Argumen
kedua disebut sebab yang mencukupi (efficient cause) di dalam dunia inderawi
kita saksikan adanya sebab yang mencukupi. Tidak ada sesuatu yang mempunyai
sebab pada dirinya sendiri sebab, bila demikian, ia mesti menjadi lebih dulu
daripada dirinya. Ini tidak mungkin. Dalam kenyataan yang ada ialah rangkaian
sebab dan musabab. Seluruh sebab berurutan dengan teratur: penyebab pertama
menghasilkan musabab, musbab ini penjadi penyebab yang kedua yang menghasilkan
musabab kedua, musabab kedua ini menjadi penyebab yang ketiga yang menhasilkan
musabab ketiga, dan begitu seterusnya sehingga terjadi rangkaian penyebab.
Artinya, bila tidak ada sebab pertama, tentu tidak akan ada rangkaian sebab itu
tadi, dan ini akan berarti tidak akan ada apa-apa. Nyatanya apa-apa itu ada.
Oleh karena itu, wajrlah untuk menyimpulkan adanya sebab pertama, dan itu
Tuhan.
Argumen
ketiga ialah argumen kemungkinan dan
keharusan (possibility and necessity). kita menyaksikan di dalam alam ini segala
sesuatu bersifat mungkin. Kesimpulan itu kita ambil karena kenyataannya isi
alam ini dimulai tidak ada, lalu munculm lantas berkembang isi alam ini dimulai
tidak ada, lalu muncul, lantas berkembang, akhirnya rusak atau menghilang.
Kenyataan itu, yaitu alam berkembang menuju hilang, membawa kira kepada
konsekuensi bahwa alam ini tidak mungkin selalu ada karena ada dan tidak ada
tidak mungkin menjadi sifat sesuatu sekaligus dalam wakty yang sama.
Argumen
keempat memperhatikan tingkatan yang
terdapt pada alam ini. Isi alam ini
masing-masing berkelebihan dan berkekurangan, misalnya dalam hal kebaikan,
keindahan, kebenaran. Ada orang yang dihormati, ada yang lebih dihormati.
Tingkatan tertinggi menjadi sebab
tingkatan di bawahnya. Yang mahasempurna,yang mahabenar, adalah sebab bagi
sempurna dan benar pada tingkatan dibawah-Nya. Tuhan, karena itu, adalah
tingkatan tertinggi. Begitu juga tentang ada Tuhan memiliki sifat ada yang
tertinggi; ada yang di bawahnya sebabkan oleh ada yang tertinggi itu.
Argumen
kelima berdasarkan keteraturan alam,
kita saksikan isi alam daei jenis yang tidak berakal bergerak atau bertindak
menuju tujuan tertenatu, dan pada umumnya berhasil mencapai tujuan itu.
Sedangkan mereka tidak mempunyai pengetahuan tentang tujuan itu. Dari situ kita
mengetahui bahwa benda-benda itu diatur oleh sesuatu dalam bertindak mencapai
tujuannya. [6]
KESIMPULAN
Pada
abad ini saya dapat menyimpulkan bahwa akal pada abad pertengahan ini
benar-benar kalah atau tidak menggunakan akal. Hal ini dijelaskan dengan jelas
pada filsafat Plotinus. Augustinus, Anselmus.
Pada
filsafat Plotinus mengatakan bahwa tuhan / metafisika bukan untuk dipahami,
melainkan untuk dirasakan.
Augustinus
mengganti akal menjadi dengan iman; potensi manusia yang diakui pada zaman
yunani digantikan dengan kuasa Allah.
Ciri
khas filsafat abad pertengahan terletak pada rumusan terkenal yang dikemukakan
oleh Saint Anselmus, yaitu credo ut
intelligam.yang berartikan iman lebih dulu, setelah itu mengerti. Imanilah
lehib dulu, misalnya, bahwa dosa warisan itu ada, setelah itu susunlah argumen
untuk memahaminya, mungkin juga untuk meneguhkan iman itu.
Setelah
itu lahirlah filosof yang lahir pada masa-masa menjelang habisnya kekuatan
agama kristen beliau adalah Thomas Aquinas. Ia berhasil mengemukakan filsafat
rasional. yang menakjubkan dari Thomas Aquinas adalah beberapa pembuktian
tentang adanya Tuhan yang masih dipelajari orang hingga saat ini.
[1] Asmoro
Achmadi,filsafat umum (Jakarta: Gaya
media, 2011) h. 66
[2] Ibidh. 67
[3] PROF.
DR. AHMAD TAFSIR, filsafat umum (Bandung:
remaja rosdakarya, 2010) h. 66-67
[4] Ibid. H.,68-70
[5] Ibid h.
79-86
[6] ibid h. 87-95