Minggu, 24 Maret 2013

SEJARAH LOGIKA ABAD PERTENGAHAN




TUGAS MANDIRI
SEJARAH LOGIKA ABAD PERTENGAHAN
Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah MANTIQ Semester Genap


Dosen Pengampu:
Imam Mustofa, SHI., MSI

Logo_STAIN_Jurai_Siwo_Metro_Lampung ....jpg



                                      






Disusun Oleh             : Wasito Adi
Jurusan syariah            : Hukum Ekonomi Syariah (HESy “A”)


Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN)
Jurai Siwo Metro
2012/2013








Sejarah logika abad pertengahan.

Logika adalah ilmu yang mempersoalkan proses pemikiran tidak sebagai mana adanya tetapi bagaimmana seharusnya berfikir yang baik, logika mempersoalkan proses berfikir dalam kaitannya dengan benar atau tidak benar, sesuai dengan kenyataan atau tidak sessuai dengan kenyataan. Karena itu logika dapat diartikan ilmu yang memberikan aturan-aturan dan prinsip-prinsip yang harus diikuti supaya dapat berfikir benar (valid).[1]
Dalam kehidupan sehari-hari sering kali orang mengambil kesimpulan yang salah, tidak logis. Ini disebabkan orang berfikir tidak lurus tidak mengindahkan aturan-aturan berfikir, misal terhadap seseorang yang berpakaian, berbicara dan bertingkah laku yang sederhana, orang yang berkata Akh.
“yaitu orang kampung” kesimpulan ini tidak benar karena tidak sesuai dengan kenyataan. Ia dalam keadaan begitu sama sekali bukan berarti orang kampung. Kenyataan tidak semua orang kampung demikian keadaannya dan sebagian orang.[2]
Menurut  Filosof islam sejarah logika pada abad pertengahan dijelaskan oleh beberapap filosof islam diantaranya.


A.     PLOTINUS (204-270)
Plotinus dilahirkan pada tahun 204 di Mesir, mungkin di daerah Lycopolis. Pada tahun 232 ia pergi Alexandria untuk belajar  filsafat, pada seorang guru bernama Animonius Saccas, selama 11 tahun. Pada tahun 243 ia mengikuti Raja Gordianus III berperang melawan Persia; ia ingin menggunakan kesempatan itu untuk mempelajarinya, Raja Gordianus terbunuh pada tahun 244. Plotinus dengan susah payah dapat melarikan diri ke Antakya (Antioch)
Thales (624-546) digelari sebagai filosof pertama barangkali karena ia mengajukan pertanyaan yang sangat mendasar: Apa bahan alam semesta ini? Thales menjawab, Air. Jawaban yang tidak memuaskan. Pertanyaan lebih berbobot daripada jaawabannya. Plotinuslah, jadi kira-kira 800 tahun kemudian, orang yang mula-mula menyusun jawaban yang lumayan terhadap pertanyaan itu. Itulah teori emanasi dan konsep inilah yang  terutama yang menyebabkan Plotinus cukup penting. Teori penciptaanya  yang berupa emanasi berpengaruh juga pada filsafat islam.
Akan tetapi, pemikiran Plotinus bukan hanya tentang rahasia penciptaa; ia juga mengemukakan pemikiran tentang etika, yang kelihatannya masih relevan dipertimbangkan pada zaman sekarang.
Secara umum ajaran Plotinus disebut Plotinisme atau neo Platonisme. Jadi, ajaran Plotinus itu tentulah berkaitan erat dengan ajaran Plato. Plotinisme adalah suatu sistem yang teosentris, jadi dalam hal ini sama dengan Augutinus.
Permulaan abad pertengahan barangkali dapat dimulai sejak plotinus. Pada plotinus (lahir 204 M), pengaruh agama kristen kelihatannya sudah besar;  filsafatnya bersifat spiritual.
Secara ringkas Plotinus adalah filosof yang mengajukan teori penciptaan alam semesta. ia mengajukan teori emanasi yang terkenal itu. Teori ini merupakan jawaban terhadap thales kira-kira delapan abad sebelumnya: apa bahan alam semesta ini. Plotinus menjawab: bahannya Tuhan. Filsafar Plotinus kebanyakan bernapas mistik, bahkan tujuan filsafat menurut pendapatnya mencapai pemahaman mistik. [3]
           

·         Metafisika Platinus.
Dalam berbagai hal Plotinus memang bersandar pada doktrin-doktrin Plato. Sama dengan Plato, ia menganut realitas idea. Pada Plato idea itu umum; artinya setiap jenis objek hanya ada satu ideanya. Untuk kucing mislanya hanya ada idea tentang kucing. Pada Plotinus idea itu partikular, sama dengan dunia yang partikular. Perbdaan mereka yang pokok adalah pada titik tekan ajaran mereka masing-masing. Plotinus kurang memperhatikan masalah-masalah sosial sseperti pada Plato. Platinus tidak mempercayai bahwa kamnusiaan dapat dibangun melalui filsafat, makanya Plotinus tidak mencoba mengaplikasikan metafisikanya kedalam politik. Mengenai matematika Plotinus tidak sehebaat Plato, tetapi pendapatnya ini tidak tegas karena ia juga mengatakan bahwa materi itu jahat dan sumber kejahatan.
Sistem metafisika Plotinus ditandai oleh konsep transendens.menurut pendapatnya, di dalam pikiran terdapat tiga realitas: The One, The Mind, dan The soul.
The one  (Yang Esa) adalah tuhan dalam pandangan Philo (Avey; 49), yaitu suatu realitas yang tidak mungkin dapat dipahami melalui metode sains dan logika. Ia berada di luar eksistensi, di luar segala nilai. Yang Esa itu adalah puncak semua yang ada; ia itu cahaya di atas cahaya. Ia adalah pencipta semua yang ada. Mereka yang merasa memiliki pengetahuan keilahian juga tidak akan dapat merumuskan apa ia itu sebenarnya (lihat Mayer: 323)
The Mind (Nouns/akal)  adalah gambaran tentang Yang Esa dan di dalamnya mengandung idea-idea Plato. Idea-idea itu merupakan bentuk asli objek-objek. Kandungan Nuos adalah benar-benar kesatuan. Untuk menghayati kita mesti melalui permenungan.
The Soul  (psykhe/jiwa) adalah realitas ketiga dalam filsafat Plotinus. Soul  itu mengandung satu jiwa dunia dan banyak sunia kecil. Jiwa dunia dapat dilihat dalam dua aspek, ia adalah aspek energi di belakang dunia, dan pada waktu yan sama ia adalah bentuk-bentuk alam semesta.[4]



B.     AUGUSTINUS
Augustinus lahir di Tagasta, Numidia (sekarang Algeria), pada 13 November 34. Ayahnya, Patricius, adalah seorang pejabat pada keekaisaran Romawi, yang tetap kafir sampai kematiannya ada tahun 370.
            Augustinus di anggap telah meletakan dasar-dasar pemikiran abad pertengahan, mengadaptasikan platonisme ke dalam idea-idea kristen, memberikan formulasi sistematis tentang filsafat kristen, suatu filsafa yang dominan pada Katholik dan Protestan. (Mayer, 1 950:366)
            Stuart Hampshire dalam, Tha Age Of Reason, menyatakan bahwa filsafat adalah suatu kegiatan pikir manusia yang bersinambungan. Pikiran seorang tokoh pada masa tertentu baru jelas dipahami setelah melihat hubungan dengan pemikiran-pemikiran sebelumnya. (Hampshire, 1956:11) mungkin saja pemikiranitu merupakan latar belakang pemikiran Augustinus
·         Teori Augustinus tentang Jiwa
Augusstinus menentang ajarang yang mengatakan bahwa jiwa itu material. Menurut pendapatnya jiwa atau roh itu imaterial. Augustinus membuktikan imaterialnya jiwa dengan mengatakan bahwa jiwa itu di dalam badan ada di mana-mana dlam badan pada waktu yang sama. Bila jiwa itu material, ia akan terikat pada tempat tertentu dalam badan. Hanya dengan mengatakan bahwa jiwa itu imaterial kita dapat menjelaskan kegiatan de dalam badan (Mayer:359)
Menurut Augustinus, jiwa tidak mempunyai bagian karena imaterial. Akan tetapi, jiwa mempunyai tiga kegiatan pokok: pertama mengingat, kedua mengerti, dan ketiga mau. Oleh karena itu, jiwa memiliki atau menggambarkan ketritunggalan alam (the cosmic trinity).
Augustinus tidak menerima pandangan yang mengatakan ada dunia jiwa atau dunia roh. Ini adalah pandangan neo-Platonisme. Menurut Augustinus, yang ada ialah jiwa yang tunggal dan individual. Jiwa tidak ada bila tidak ada badan. Tidak ada jiwa unum karena jiwa itu individual, ada pada individu-individu. Akan tetapi, ia juga mengatakan bahwa jika tidak bergantung pada badan.

C.     Boethius

Boethius adalah filosof yang hampir semasa dengan Augustinus dan memiliki gaya yang hampir serupa. Ia menyatakan pendapatnya sama dengan stoa bahwa kejahatan bukan realitas. Tuhan mengatur dengan menggunakan kekuasaan dan takdir. Kekuasaan dibedakan dari takdir; kekuasaan merupakan pikiran tertinggi yang mengawasi semua yang bersangkutan dengan dunia abadi, sementara takdir menyusun metode sesui dengan rencana tuhan yang dinyatakan dalam ruang dan waktu. Tak ada satupun yang dapat bertumbuh dan berkembang diluar pengawasan kekuasaan tuhan.; takdir tunduk kepadanya. Kekuasaan Tuhan mengetahui apa-apa yang akan terjadi, takdir merupakan pelaksanaanny. Tuhan dengan Kekuasaan-Nya laksan seorang ahli penyakit,mengetahui sebab-sebab penyakit, dan ia tahu cara menembuhkannya.
Di dalam consolation itu ia menyimpulkan bahwa kebebasan yang sebenarnya ialah hidup dibawah bimbingan Tuhan. Mematuhi ajaran Tuhan bukan berarti terikat, judtru itulah kebebasan yang sebenarnya. Menurut Boethius, Tuhan masa lalu, sekarang, dan akan datang adalah satu. Tuhan tidak mengenal perpindahan atau perjalanan waktu (bahan diambil dari Mayer:367-370).[5]

D.     ANSELMUS (1033-1109)

Menurut filsafat Anselmus kelihatan iman merupakan tema sentral pemikirannya. Iman kepada Kristus adalah yang paling sebelum yang lain. Dari sini dapatlah kita memahami pernyataannya, credo ut intelligam yang terkenal itu.arti ungkapan itu ialah percaya agar mengerti (believe in order to understand); secara sederhana: percayalah lebih dulu supaya mengerti. Ia mengatakan bahwa wahyu harus diterima lebih dahulu sebelum kita milai berfikir.


·         Teori pengetahuan Anselmus
Teori ini menyatakan bahwa pengetahuan dimulai dari penginderaan, lalu terbentuklah pengetahuan akliah, terakhir adalah menangkap kebesaran Tuhan melalui halur mistik kebaikan tertinggi bagi manusia adalah perenungan tentang kebesaran Tuhan. selanjutnya kita selalu dalam kurungan selama kita masih dibimbing oleh nafsu duniawi dan selama kita masih terikat pada keingina-keinginanjasmani.
E.     THOMAS AQUINAS (1225-1274)
Hanya ada dua kekuatan yang menggerakan gemuruhnya dunia: agama dan filsafat. Aquinas membicarakan kedua-duanya. Hakikat masing-masing, serta hubungan kedua-duanya. Keterkaitan pemikiran dengan Augustinus yang hidup hampir seribu tahun sebelumnya cukup jelas: Augustinus juga membicarakan agama dan filsafat, hakikat serta hubungan kedua-duannya.
·         Pemikiran Aquinas dalam teologi
Menurut Aquinas, eksistensi Tuhan dapat diketahui dengan akal. Untuk membuktikan pendapatnya ini ia mengajukan lima dalil (argumen) seperti berikut:
Argumen pertama diangkat dari sifat alam yang selalu bergerak. Di dalam alam ini segala sesuatu bergerak. Dari sini dibuktikan Tuhan ada. Berman dan Gould (1973:639) menamakan argumen ini argumen gerak. Jelas sekali bahwa alam ini bergerak. Setiap yang bergerak pasti digerakkan. Oleh yang lain sebab tidak mungkin suatu perubahan dari potensialitas bergerak ke aktualitas bergerak tanpa ada penyebabnya, dan penyebab itu tidak mungkin ada pada dirinya sendiri. Dengan kata lain, tidak mungkin sesuatu bergerak sendiri.
Argumen kedua disebut sebab yang mencukupi (efficient cause) di dalam dunia inderawi kita saksikan adanya sebab yang mencukupi. Tidak ada sesuatu yang mempunyai sebab pada dirinya sendiri sebab, bila demikian, ia mesti menjadi lebih dulu daripada dirinya. Ini tidak mungkin. Dalam kenyataan yang ada ialah rangkaian sebab dan musabab. Seluruh sebab berurutan dengan teratur: penyebab pertama menghasilkan musabab, musbab ini penjadi penyebab yang kedua yang menghasilkan musabab kedua, musabab kedua ini menjadi penyebab yang ketiga yang menhasilkan musabab ketiga, dan begitu seterusnya sehingga terjadi rangkaian penyebab. Artinya, bila tidak ada sebab pertama, tentu tidak akan ada rangkaian sebab itu tadi, dan ini akan berarti tidak akan ada apa-apa. Nyatanya apa-apa itu ada. Oleh karena itu, wajrlah untuk menyimpulkan adanya sebab pertama, dan itu Tuhan.
Argumen ketiga ialah argumen kemungkinan dan keharusan (possibility and necessity).  kita menyaksikan di dalam alam ini segala sesuatu bersifat mungkin. Kesimpulan itu kita ambil karena kenyataannya isi alam ini dimulai tidak ada, lalu munculm lantas berkembang isi alam ini dimulai tidak ada, lalu muncul, lantas berkembang, akhirnya rusak atau menghilang. Kenyataan itu, yaitu alam berkembang menuju hilang, membawa kira kepada konsekuensi bahwa alam ini tidak mungkin selalu ada karena ada dan tidak ada tidak mungkin menjadi sifat sesuatu sekaligus dalam wakty yang sama.
Argumen keempat memperhatikan tingkatan yang terdapt pada alam ini.  Isi alam ini masing-masing  berkelebihan  dan berkekurangan, misalnya dalam hal kebaikan, keindahan, kebenaran. Ada orang yang dihormati, ada yang lebih dihormati. Tingkatan tertinggi  menjadi sebab tingkatan di bawahnya. Yang mahasempurna,yang mahabenar, adalah sebab bagi sempurna dan benar pada tingkatan dibawah-Nya. Tuhan, karena itu, adalah tingkatan tertinggi. Begitu juga tentang ada Tuhan memiliki sifat ada yang tertinggi; ada yang di bawahnya sebabkan oleh ada yang tertinggi itu.
Argumen kelima berdasarkan keteraturan alam, kita saksikan isi alam daei jenis yang tidak berakal bergerak atau bertindak menuju tujuan tertenatu, dan pada umumnya berhasil mencapai tujuan itu. Sedangkan mereka tidak mempunyai pengetahuan tentang tujuan itu. Dari situ kita mengetahui bahwa benda-benda itu diatur oleh sesuatu dalam bertindak mencapai tujuannya. [6]


KESIMPULAN
Pada abad ini saya dapat menyimpulkan bahwa akal pada abad pertengahan ini benar-benar kalah atau tidak menggunakan akal. Hal ini dijelaskan dengan jelas pada filsafat Plotinus. Augustinus, Anselmus.
Pada filsafat Plotinus mengatakan bahwa tuhan / metafisika bukan untuk dipahami, melainkan untuk dirasakan.
Augustinus mengganti akal menjadi dengan iman; potensi manusia yang diakui pada zaman yunani digantikan dengan kuasa Allah.
Ciri khas filsafat abad pertengahan terletak pada rumusan terkenal yang dikemukakan oleh Saint Anselmus, yaitu credo ut intelligam.yang berartikan iman lebih dulu, setelah itu mengerti. Imanilah lehib dulu, misalnya, bahwa dosa warisan itu ada, setelah itu susunlah argumen untuk memahaminya, mungkin juga untuk meneguhkan iman itu.
Setelah itu lahirlah filosof yang lahir pada masa-masa menjelang habisnya kekuatan agama kristen beliau adalah Thomas Aquinas. Ia berhasil mengemukakan filsafat rasional. yang menakjubkan dari Thomas Aquinas adalah beberapa pembuktian tentang adanya Tuhan yang masih dipelajari orang hingga saat ini.


[1] Asmoro Achmadi,filsafat umum (Jakarta: Gaya media, 2011) h. 66
[2] Ibidh. 67
[3] PROF. DR. AHMAD TAFSIR, filsafat umum (Bandung: remaja rosdakarya, 2010) h. 66-67
[4] Ibid. H.,68-70
[5] Ibid h.  79-86
[6] ibid h. 87-95