Selasa, 09 Oktober 2012

Makalah Akhlk Tasawuf


TUGAS KELOMPOK
MAKALAH AKHLAK TASAWUF
“QALBU DALAM DIRI MANUSIA”
Bapak.Muhamad Irfan, M.Sy


Disusun Oleh:
KELOMPOK 5
Nama :      1.Andi Setiawan
  2.Febby Setiawan
  3.Saimin
  4.Wasito Adi
Jurusan : Syari’ah
Prodi     : Hukum Ekonomi Syari’ah(HESy)/1
Kelas     : A
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) JURAI SIWO METRO
TA 2012/1433



KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya, saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Qalbu Dalam diri manusia” tepat pada waktunya. Makalah ini merupakan tugas mata kuliah “Akhlak Tasawuf”.Makalah ini merupakan inovasi pembelajaran untuk memahami penelitian secara mendalam, semoga makalah ini dapat berguna untuk Mahasiswa pada umumnya.
Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Bp. Muhamad Irfan, M.Sy selaku dosen mata kuliah Akhlak Tasawuf  atas bimbingan dan pengarahannya selama penyusunan makalah ini serta pihak-pihak yang telah membantu dan tidak dapat disebutkan satu per satu.
Saya juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saya sangat membutuhkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dan pada intinya untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan agar dimasa yang akan datang lebih baik lagi.












1


Daftar Isi

Kata Pengantar………………………………………………………………….    1
Daftar Isi…………………………………………………………………………    2

BAB I Pendahuluan……………………………………………………………..    3
1.1    Latar Belakang Masalah……………………………………………………...    3
1.2    Rumusan Masalah…………………………………………………………...    3
1.3    Tujuan Penulisan…………………………………………………………......    4
BAB II Pembahasan..............................................................................................    5
2.1 Pengertian Qalbu.............................................................................................    5
2.2 Pengertian Insan..............................................................................................    6
2.3 Tingkatan-tingkatan Hati Dalam diri Manusia...............................................    9
2.4 Perbedaan Qalbu Dengan Hati.......................................................................    10

BAB III Penutupan..............................................................................................    11
3.1 Kesimpulan/Analisis.....................................................................................    11
3.2 Saran

Daftar Pustaka....................................................................................................    12


2

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Qalbu adalah sesuatu yang berkaitan dengan hati atau perasaan yang ada di dalam diri manusia yang tidak akan bisa hilang sampai dia mati. Qalbu terdiri dari dua yaitu hati dalam arti perasaan dan hati dalam arti daging yang ada di dalam rongga dalam manusia.
Hati dalam arti perasaan yaitu sesuatu yang ada di dalam manusia yang melekat dan tidak bisa di bohongi oleh apapun, bibir bisa berbohong tapi perasaan yang tidak bisa berbohong. Jadi perasaan bisa di artikan sesuatu yang tidak bisa dibohongi.
Hati dalam arti daging yaitu salah satu organ yang ada dalam tubuh manusia yang mempunyai fungsi yanitu menetralkan racun-racun yang ada di dalam tubuh tersebut



1.2   Rumusan masalah
1.     pengertian qalbu ?
2.     pengertian insan ?
3.    perbedaan qalbu dengan hati
4.    tingkatan-tingkatan hati dalam diri manusia






3
1.3    Tujuan Penulisan
Makalah ini selain digunakan untuk menyelesaikan tugas akhlak tasawuf  juga memiliki tujuan yang ditunjukan kepada pembaca yaitu :
1.    Menjelaskan mengenai pengertia Qalbu
2.    Menjelaskan Insan
3.    Menjelaskan tingkatan-tingkatan hati dalam diri manusia
4.    Menjelaskan perbedaan antara qalbu dengan hati



















4

BAB II Pembahasan

2.1 Pengertian Qalbu
Qalbu secara khusus diartikan dengan hati secara qalbu memiliki dua arti yaitu pertama adalah hati jasmani yang berarti daging khusus yang berbentuk seperti jantung pisang yang terletak di dalam rongga dada sebelah kiri dan berisi darah hitam kental atau daging berbentuk kerucut yang terpisah dibagian kiri dada. Didalamnya terdapat rongga yang berisi darah hitam. Ini merupakan sumber roh hewani. Kedua, menyangkut jiwa yang bersifat lathif (halus) rabbani (mempunyai sifat ketuhanan) dan rohaniyyat.
Hati dalam arti perasaan yaitu sesuatu yang ada di dalam manusia yang melekat dan tidak bisa di bohongi oleh apapun, bibir bisa berbohong tapi perasaan yang tidak bisa berbohong. Jadi perasaan bisa di artikan sesuatu yang tidak bisa dibohongi. Luthf rabbani ruhani. Memiliki hubungan dengan hati yang bersifat jasmani.
Dalam kajian tasawuf, qalbu mempunyai fungsi sebagai berikut:
1.    sebagai alat untuk menemukan penghayatan ma’rifat kepada Allah, karena dengan hati inilah manusia bisa menghayati segala rahasia yang ada di dalam gaib. Hati itulah yang alim (tahu) kepada Allah.
2.    hati berfungsi untuk beramal hanya kepada Allah dan berusaha menuju Allah, sedangkan anggota badan lainnya hanyalah pelayan dan sekaligus alat dipergunakan oleh hati.
3.    hati pula yang taat kepada Allah, adapun gerak ibadah semua anggota badan adalah pancaran hatinya.
4.    Hati tidak dapat berbohong meskipun bibirnya berkata lain.
5.    hati bisa mengendalikan emosional, nafsu, perilaku manusia tersebut.
Qalbu juga menjadi tempat cahaya iman, cahaya khusyuk, taqwa, love, ridha, yakin, takut, harapan, sabar, qana’ah dan menjadi sumber ilmu karena qalbu seperti sumber mata air.
Sedangkan shadr bagaimana danau, dimana air mengalir dari sumbernya memenuhi danau tersebut. Shadr merupakan tempat keluarnya ilmu dari hati atau merupakan tempat masuknya ilmu dari pendengaran adalah setelah melalui shadr. Keyakinan ilmu dan niat selalu bergelora di dalam qalbu, sehingga keluar ke dada. Oleh karenanya qalbu merupakan pokok dan shadr merupakan cabang. Qalbu juga menjadi tempat ilmu hikmah dan ilmu isyarat setelah yang bersangkutan mendapatkan petunjuk dari allah swt. Bagi seseorang yang oleh allah swt di buka hatinya sehingga dapat menyaksikan sesuatu yang gaib dan dapat melihat sesuatu yang terdapat di balik hijab-nya maka ia seperti melihat sesuatu yang gaib dengan matanya.                                    

5

Sehingga apabila di buka tutup hijab atasnya,hal itu tidak akan menambah sesuatu yang terdapat di dalam jiwanya. Hakim at-tirmidzi menggambarkan sifat hati yang di atur oleh allah swt adalah hati para wali allah yaitu yang hati penuh hasanah hikmah tempat rahmah,tambang kesaksian dan tempat penyipanan ma’rifat ia juga tempat allah swt melihatnya dengan pandangan rahmat-nya, cawan ilmu-nya, menurut simuh, di antara sufi ada yang berpendapat bahwa di dalam hati (Qalbu) terdapat sirr dan ruh. Sirr dan ruh serta qalbu, ktiganya mempunyai fungsi yang berbeda. Sirr di katakan sebagai tempat atau alat untuk bermusyahadah (menyaksikan) alam gaib, sedangkan ruh merupakan tempat atau alat untuk ber-mahabbah dan qalbu adalah tempat atau alat untuk ber’rifat kepada Allah. Berdasarkan uraian di atas, qalbu berpotensi untuk berdialog dengan tuhan. Inilah yang di kehendaki al-ghazali dengan ungkapan bahwa diluar akal dan jiwa, terdapat alat yang dapat menyingkap pengetahuan yang gaib dan hal-hal yang akan terjadi dimasa yang akan datang. Penyingkapan pengetahuan seperti ini merupakan wacana irfaniah. Hanya dengan sarana al-qalbu itulah ilmu ma’rifat dapat diperboleh manusia.


2.2    Pengertian Insan
secara harfiah, Insan berarti manusia. Jamil Shaliba mengatakan bahwa kata insan menunjukkan pada sesuatu yang secara khusus digunakan untuk arti manusia dari segi sifatnya, bukan fisiknya. Dalam bahasa Arab kata insan mengacu kepada sifat manusia yang terpuji seperti kasih sayang, mulia dan lainnya. Selanjutnya kata insan digunakan oleh para filosof klasik sebagai kata yang menunjukkan pada arti manusia secara totalitas yang secara langsung mengarah pada hakikat manusia. Kata insan juga digunakan untuk menunjukkan pada arti terkumpulnya seluruh potensi intelektual, rohani dan fisik yang ada pada manusia, seperti hidup, sifat kehewanan, berkata-kata dan lainnya. Selanjutnya kata insan dijumpai di dalam al-Qur’an dan dibedakan dengan istilah basyar dan al-nas. Kata insan jamak-nya kata al-nas. Kata insan mempunyai tiga asal kata. Pertama, berasal dari kata anasa yang mempunyai arti melihat, mengeta-hui dan minta izin. Yang kedua berasal dari kata nasiya yang artinya lupa. Yang ketiga berasal dari kata al-uns yang artinya jinak, lawan dari kata buas. Dengan bertumpu pada asal kata anasa, maka insan mengandung arti melihat, mengetahui dan meminta izin, dan semua arti ini berkaitan dengan kemampuan manusia dalam bidang penalaran, sehingga dapat menerima pengajaran.
a)    Berfungsi Akalnya Secara Optimal
Fungsi akal secara optimal dapat dijumpai pada pendapat kaum Muktazilah. Menurutnya manusia yang akalnya berfungsi secara optimal dapat

6
mengetahui bahwa segala perbuatan baik seperti adil, jujur, berakhlak sesuai dengan essensinya dan merasa wajib melakukan semua itu walaupun tidak diperintahkan oleh wahyu. Manusia yang berfungsi akalnya sudah merasa wajib melakukan perbuatan yang baik. Dan manusia yang demikianlah yang
dapat mendekati tingkat insan kamil. De¬ngan demikian insan kamil akalnya dapat mengenali perbuatan yang baik dan perbuatan buruk karena hal itu telah terkandung pada essensi perbuatan tersebut.
b) Berfungsi Intuisinya
Insan Kamil dapat juga dicirikan dengan berfungsinya intuisi yang ada dalam dirinya. Intuisi ini dalam pandangan Ibn
Sina disebut jiwa manusia (rasional soul). Menurutnya jika yang berpengaruh dalam diri manusia adalah jiwa manusianya, maka orang itu hampir menyerupai malaikat dan mendekati kesempurnaan.
c) Mampu Menciptakan Budaya
Sebagai bentuk pengamalan dari berbagai potensi yang terdapat pada dirinya sebagai insan, manusia yang sempurna adalah manusia yang mampu mendayagunakan seluruh potensi rohaniahnya secara optimal. Menurut Ibn Khaldun manusia adalah makhluk berpikir. Sifat-sifat semacam ini tidak dimiliki oleh makhluk lainnya. Lewat kemampuan berpikirnya itu, ma¬nusia tidak hanya membuat kehidupannya, tetapi juga menaruh perhatian terhadap berbagai cara guna memperoleh makna hidup. Proses-proses semacam ini melahirkan peradaban.
Tetapi dalam kaca mata Ibn Khaldun kelengkapan serta kesempurnaan manusia tidaklah lahir dengan begitu saja, melainkan melalui suatu proses tertentu. Proses tersebut dewasa ini dikenal dengan evolusi.
d) Menghiasi Diri dengan Sifat- sifat Ketuhanan
Pada uraian tentang arti insan tersebut di atas telah disebutkan bahwa manusia termasuk makhluk yang mempunyai naluri ketuhanan (fitrah). la cenderung kepada hal-hal yang berasal dari Tuhan, dan mengimaninya. Sifat-sifat tersebut menyebabkan ia menjadi wakil Tuhan di muka bumi. Manusia sebagai khalifah yang demikian itu merupakan gambaran ideal. Yaitu manusia yang berusaha menentukan nasibnya sendiri, baik sebagai kelompok masyarakat maupun sebagai individu. Yaitu manusia yang memiliki tanggung jawab yang besar, ka¬rena memiliki daya kehendak yang bebas.


7

e) Berakhlak Mulia
Sejalan dengan ciri keempat di atas, insan kamil juga adalah manusia yang berakhlak mulia. Hal ini sejalan dengan pendapat Ali Syari’ati yang mengatakan bahwa manusia yang sempurna memiliki tiga aspek, yakni aspek kebenaran, kebajikan dan keindahan.
f) Berjiwa Seimbang
Menurut Nashr, sebagai dikutip
Komaruddin Hidayat, bahwa manusia modem sekarang ini tidak jauh meleset dari siratan Darwin. Bahwa hakikat manusia terletak pada aspek kedalamannya, yang bersifat permanen, immortal yang kini tengah bereksistensi sebagai bagian dari perjalanan hidupnya yang teramat panjang. Tetapi disayangkan, kebanyakan dari mereka lupa akan immortalitas dirinya yang hakiki tadi. Manusia modern mengabaikan kebutuhannya yang paling mendasar, yang bersifat ruhiyah, sehingga mereka tidak akan mendapatkan ketenteraman batin, yang berarti tidak hanya keseimbangan diri, terlebih lagi bila tekanannya pada kebutuhan materi kian meningkat, maka keseimbangan akan semakin rusak.













8



2.3Tingkatan-tingkatan hati dalam diri manusia
1. Bashiroh (mata hati/the eye of heart)
membedakan baik/buruk Ini adalah bagian/tingkatan terluar hati. Tugas dari bashiroh adalah mendeteksi baik/buruk suatu perbuatan Korupsi itu buruk. Bersedekah itu baik. Yang tahu itu baik/ buruk adalah bashiroh.
 2. Dhomir (moral)
mengerjakan atau tinggalkan Kedalam lagi, ada dhomir yang berfungsi untuk menggerakkan agar kita mengerjakan atau meninggalkan suatu perbuatan. Yuk bersedekah. Jangan korpusi. Yang bilang kerjakan/ tinggalkan adalah dhomir.
3. Fuad (hakim)
Menghakimi apakah kita baik/buruk Semakin kedalam lagi, ada fuad (hakim). Tidak ada suap-menyuap dalam bagian ini.
Contoh: bashiroh mengatakan korupsi itu tidak baik lalu dhomir menyuruh kita untuk meninggalkannya. Nah, fuad akan bilang bahwa anda orang baik. Contoh lain: kata bashiroh mengatakan korupsi itu tidak baik lalu dhomir malah menyuruh kita untuk tidak meninggalkannya. Nah, fuad akan bilang bahwa anda bukan orang baik.
4. Sirr (misteri)
Mengetahui misteri dalam hati Terus kedalam, ada sirr(misteri). Contoh: adanya flu burung itu bukan hanya disebabkan oleh virus, tapi ada‘hal lain’ yang masih misteri.‘Hal lain’ tersebut bisa dilihat dan dirasakan oleh orang-orang yang tingkatan hatinya sudah sampai sirr. Artinya, bagian hati ini sudah aktif/berfungsi.Orang-orang tersebut adalah auliyaullah.
5. Lathifah (perangkat lunak)
mengakses informasi di lauhul mahfudz Bagian hati paling dalam adalah lathifah. Bahasa gampangnya adalah internet. Bagian ini dapat mengakses berbagai informasi di lauhul mahfudz. Inilah tingkatan paling mulia. Nah, itulah tingkatan/bagian hati kita. Semoga kita bisa mengaktifkan semua bagian hati kita diatas. Bagaimana caranya?
Caranya adalah dengan dzikrullah alias ingat kepada Allah.
9

2.3    Perbedaan qalbu dengan hati
Qalbu merupakan cahaya hati dan rahasia yang tinggi yang diturunkan kepada manusia agar bisa berkomunikasi dengan Tuhan YME, qalbu merupakan salah satu daya rohaniah yang menurut al-jilli ada 7 yaitu: hati(qalbu), akal (al’qah) estiminasi (wahm) meditasi(himmah) fikiran(fikr) fantasi(khayal) dan jiwa(nafs), jadi qalbu itu hal-hal yang bersangkutan dengan tuhan (berkomunikasi).
Hati merupakan penglihatan yang digunakan untuk memilih atau memilah sesuatu di dunia. Misalnya memilih seseorang untuk menjadi pasangan hidupnya. Jadi hati dipergunakan manusia sebagai sarana komunikasi sesama manusia. Hati manusia merupakan tempat perubahan dan pasang surut yang konstan, hati merupakan organ instuisi supranatural terbagi realitas transenden yang berhubungan dengan manusia . hati merupakan sekat(al-barzakh) antara dunia dan akhirat. Hati merupakan tempat jihat yang terbesar(al-jihat al-akbar) sekaligus tempat merendah diri (nafs) yang memerosokkan berhadapan dengan ruh yang merindukan, perang antar kedua kekuatan ini merupakan suatu yang menguasai manusia dan tidak dapat dipisahkan.














10
BAB III Analisa
Hati dalam arti perasaan yaitu sesuatu yang ada di dalam manusia yang melekat dan tidak bisa di bohongi oleh apapun, bibir bisa berbohong tapi perasaan yang tidak bisa berbohong. Jadi perasaan bisa di artikan sesuatu yang tidak bisa dibohongi. Luthf rabbani ruhani. Memiliki hubungan dengan hati yang bersifat jasmani.
Hati salah satu (alat) untuk berkomunikasi kepada manusia dan tempat untuk memilih, memilah sessuatu yang dianggap menarik atau yang kita sukai. Hati juga merupakan komponen yang sangat sensitive dan tidak bisa dilihat oleh siapapun. Hati dapat dirasakan oleh manusia itu sendiri.
Qalbu adalah salah satu (alat) untuk berkomunikasi dengan Tuhan YME, qalbu tempat untuk mencurahkan hati(Curhat).
Secara harfiah, Insan berarti manusia. Jamil Shaliba mengatakan bahwa kata insan menunjukkan pada sesuatu yang secara khusus digunakan untuk arti manusia dari segi sifatnya, bukan fisiknya. Dalam bahasa Arab kata insan mengacu kepada sifat manusia yang terpuji seperti kasih sayang, mulia dan lainnya. Selanjutnya kata insan digunakan oleh para filosof klasik sebagai kata yang menunjuk¬kan pada arti manusia secara totalitas yang secara langsung mengarah pada hakikat manusia. Kata insan juga digunakan untuk menunjukkan pada arti terkumpulnya seluruh potensi intelektual, rohani dan fisik yang ada pada manusia, seperti hidup, sifat kehewanan, berkata-kata dan lainnya. Selanjutnya kata insan dijumpai di dalam al-Qur’an dan dibedakan dengan istilah basyar dan al-nas. Kata insan jamak-nya kata al-nas. Kata insan mempunyai tiga asal kata. Pertama, berasal dari kata anasa yang mempunyai arti melihat, mengeta-hui dan minta izin. Yang kedua berasal dari kata nasiya yang artinya lupa. Yang ketiga berasal dari kata al-uns yang artinya jinak, lawan dari kata buas. Dengan bertumpu pada asal kata anasa, maka insan mengandung arti melihat, mengetahui dan meminta izin, dan semua arti ini berkaitan dengan kemampuan manusia dalam bidang penalaran, sehingga dapat menerima pengajaran.







11




Daftar Pustaka
Abbas Mahmud al-aqqad. 1978 kecermelangan khalifar umar ibn khattab.
Terj. Prof. H.  Bustami A. ghani dan Drs. Zaenal abiding. Jakarta: bulan Bintang
 Asywadi syukur. 1980. Ilmu tasawuf. Surabaya: bina ilmu.
A.    Wabib, muthi. 1998 tasawuf. Jakarta: dirjen bimbaga islam departemen agama RI
Hamka.1979. mengembalikan tasawuf kepangkalnya. Jakarta: panji mas.
Situs referensi: http:// anakmanja.mw.lt/
obatqalbu.wordpress.com/2011/12/21/pengertian-qalbu/
Sumber: http://
langkahkebebasan.blogspot.com Oleh mirza3m | 16 Apr 2012
boegis.heck.in/qalbu-roh-nafsu-dan-akalal-ghazali.xhtml
12


Tidak ada komentar:

Posting Komentar